Jumat, 29 Maret 2019

KHUTBAH JUM’AT

KHUTBAH JUM’AT
ISRO’ MI’ROJ SEBAGAI TANDA KEBESARAN ALLAH SWT
Khatib : H.M. Sibawaeh


Hadirin jamaah jum’ah Rohinahumullah
Pada khutbah kali ini, perkenankanlah kami mengungkapkan kembali peristiwa agung dalam sejarah umat Islam, yaitu peristiwa ‘Isra’ Mi’raj Nabi besar Muhammad SAW.
Isra’ artinya perjalanan Nabi SAW di malam hari dari Masjidil Haram Makkah sampai Masjidil Aqsha Palestina. Sedangkan Mi’raj berarti naik dari bumi sampai ke Sytratil Muntaha. Dalam rangka memenuhi panggilan Allah Azza Wa Jalla.
Peristiwa Isra’ Mi’raj ini telah disinggung oleh Allah Azza Wa Jalla dalam firman-Nya yang berbunyi :
  
Artinya. “Maha suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha mendengar lagi Maha mengetahui. [Q.S Al-Isra’ : 1]

Isra’ Mi’raj memang merupakan suatu peristiwa yang luar biasa dari Makkah ke Palestina dalah suatu jarak perjalanan yang tidak dekat. Ditambah lagi dari bumi menyeruak ruang angkasa sampai ke ‘Syidratil Muntaha’. Namun sejauh itu hanya ditempuh oleh Rasulullah SAW atas kehendak Allah Azza Wa Jalla, pulang pergi hanya beberapa jam saja. Padahal manusia modern untuk perisiapan mendarat di bulan saja memerlukan waktu berpuluh-puluh tahun.
Memang tujuan utama Isra’ Mi’raj ialah Allah hendak memperlihatkan kepada Rasul-Nya tentang tanda-tanda kebesaran dan kekuasaan-Nya, keajaiban ciptaan-Nya, menenangkan hati Rasul, mempertajam bashirah (mata hati), dan menambah keyakinannya. Hikmah ini telah disinggung dalam firman Allah di atas:

Artinya :“…. Kami akan memperlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda kebesaran Kami…. “[Q.S Al-Isra’ : 1]

Dan seperti yang termaktub dalam ayat lain :

Artinya. “Sesungguhnya Dia telah melihat sebahagian tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya yang paling besar. [Q.S. An-Najm : 18]

Hadirin Jama’ah Jum’ah Rahimahumullah
Manakala dalam uraian Isra’ Mi’raj ada banyak hal yang sangat mengherankan, maka hal itu sebenarnya telah dinyatakan oleh Allah Azza Wa Jalla dalam firman-Nya sebagai berikut :

Artinya. “dan Kami jadikan penglihatan yang Kami turunkan kepadamu (Muhammad), melainkan sebagai ujian bagi manusia. (Q.S Al-Isra’ 60).

Sesungguhnya apa yang telah diperlihatkan oleh Allah Azza Wa Jalla kepada Rasulullah SAW sewatu Isra’ Mi’raj, sebenarnya adalah merupakan ujian bagi semua manusia. Baik yang telah beriman, maupun yang belum beriman.
Adapun beberapa pokok kejadian yang dialami oleh Nabi Muhammad SAW sewaktu Isra’ Mi’raj antara lain :
Sebelum Isra’ kan, hati Nabi dibersihkan, jiwa rohani yang dapat menimbulkan kegoncangan, dihilangkan. Kemudian diisi dengan ketabahan dalam menghadapi segala godaan yang menghadangnya, hati beliau diisi iman, hikmat, rasa kasih saying kepada sesame manusia, dan dibersihkan dari segala keinginan yang dapat membawa kehancuran pribadi dan umat manusia.

Ma’asyral Muslimin Rahimakumullah
Sesungguhnya Nabi Muhammad SAW adalah manusia yang sempurna segala-galanya. Tidak sedikitpun dalam hati beliau ada kotorannya yang akan tetapi, manakala dada beliau dibelah oleh Malaikat Jibril, hati beliau dicuci dan diisi iman, dan hikmah adalah semata-mata karena beliau hendak melaksanakan tugas yang luar biasa. Dan hal itu hendaklah menjadi pelajaran bagi kita umat Islam . bahwa sebelum kita bergerak, berjuang dan membangun, terlebih dahululu kita harus membekali diri dengan iman, hikmah, kasih saying dan kesabaran yang tinggi. Baik diri kita sebagai pribadi. Diri kita sebagai bangsa. Maupun diri kita sebagai umat Islam. Segala gerak dan perjuangan kita hendaklah didasari dengan hati yang suci, ikhlas, semata-mata beribadah kepada Allah dan mengharapkan ridha-Nya.

Sidang Jum’at Rahimahumullah
Patut kita renungkan kisah dialog antara Rasulullah SAW dengan Allah SWT pada malam Isra’ Mi’raj.
Singkat cerita, pada malam itu Jibril As. mengantarkan Rasulullah SAW naik ke Sidratul Muntaha. Namun karena Jibril As tidak diperkenankan untuk mencapai Sidratul Muntaha, maka Jibril As pun mengabarkan Rasulullah SAW untuk melanjutkan perjalanannya sendiri tanpa dirinya.
Rasulullah Saw melanjutkan perjalanan perlahan sambil terkagum-kagum melihat indahnya istana Allah Swt hingga tiba di Arsy. Setelah sekian lama menjadi seorang Rasul, inilah pertama kalinya Muhammad Saw berhadapan dan berbincang secara langsung dengan Allah Azza wa Jalla. Bayangkanlah betapa indah dan luar biasa dahsyatnya moment ini, Masya Allah.
Percakapan antara Muhammad Rasulullah Saw dengan Allah Subhanahu Wata'ala:
Rasulullah SAW-pun mendekat dan memberi salam penghormatan kepada Allah Swt : "Attahiyyatul mubarokastush shalawatuth thayyibaatulillah = Semua ucapan penghormatan, pengagungan dan pujian hanyalah milik Allah".
Kemudian Allah Swt menjawab sapaannya : "Assalamu 'alaika ayyuhan Nabiyyu warahmatullahi wa barakaatuh = Segala pemeliharaan dan pertolongan Allah untukmu wahai Nabi, begitu pula rahmat Allah dan segala karunia-Nya".
Mendapatkan jawaban seperti ini, Rasulullah Saw tidak merasa jumawa atau berbesar diri, justru beliau tidak lupa dengan umatnya, ini yang membuat kita sangat terharu.
Beliau menjawab dengan ucapan : Assalaamu 'alaina wa 'alaa 'ibadallahish  shalihiin"= Semoga perlindungan dan pemeliharaan diberikan kepada kami dan semua hamba Allah yang shalih" Bacalah percakapan mulia itu sekali lagi, itu adalah percakapan Sang Khaliq dan hamba-NYA, Sang Pencipta dan ciptaan-NYA dan beliau saling menghormati satu sama lain, menghargai satu sama lain, dan lihat betapa Rasulullah Saw mencintai kita umatnya, bahkan beliau tidak lupa dengan kita ketika beliau di hadapan Allah Swt..."
Melihat peristiwa ini, para Malaikat yang menyaksikan dari luar Sidratul Muntaha tergetar dan terkagum-kagum betapa Rahman dan Rahimnya Allah Swt, betapa mulianya Muhammad Saw. Kemudian para Malaikat-pun mengucap dengan penuh keyakinan : Asyhadu Allaa ilaaha illallah, wa asy hadu anna Muhammaddarrasulullah = Kami bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan kami bersaksi bahwa Muhammad itu adalah hamba Allah dan Rasul Allah".
Jadilah rangkaian percakapan dalam peristiwa ini menjadi suatu bacaan dalam shalat yaitu pada posisi Tahiyat Awal dan Akhir, yang kita ikuti dengan shalawat kepada Nabi sebagai sanjungan seorang individu yang menyayangi umatnya. Mungkin sebelumnya kita tidak terpikirkan arti dan makna kalimat dalam bacaan ini. Semoga dengan penjelasan singkat ini kita dapat lebih meresapi makna shalat kita. Sehingga kita dapat merasakan getaran yang dirasakan oleh para Malaikat disaat peristiwa itu. Semoga bermanfaat untuk menambah kekhusu'an shalat kita. Aamiin Yaa Robbal Aalamiin.


"SEMOGA BERMANFAAT - Silahkan tinggallkan komentarnya."