KHUTBAH
JUM’AT
ISRO’
MI’ROJ SEBAGAI TANDA KEBESARAN ALLAH SWT
Khatib : H.M. Sibawaeh
Hadirin
jamaah jum’ah Rohinahumullah
Pada khutbah kali ini,
perkenankanlah kami mengungkapkan kembali peristiwa agung dalam sejarah umat
Islam, yaitu peristiwa ‘Isra’ Mi’raj Nabi besar Muhammad SAW.
Isra’ artinya
perjalanan Nabi SAW di malam hari dari Masjidil Haram Makkah sampai Masjidil
Aqsha Palestina. Sedangkan Mi’raj berarti naik dari bumi sampai ke Sytratil Muntaha.
Dalam rangka memenuhi panggilan Allah Azza Wa Jalla.
Peristiwa Isra’ Mi’raj
ini telah disinggung oleh Allah Azza Wa Jalla dalam firman-Nya yang berbunyi :
Artinya. “Maha suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam
dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi
sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda
(kebesaran) kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.
[Q.S Al-Isra’ : 1]
Isra’ Mi’raj memang
merupakan suatu peristiwa yang luar biasa dari Makkah ke Palestina dalah suatu
jarak perjalanan yang tidak dekat. Ditambah lagi dari bumi menyeruak ruang
angkasa sampai ke ‘Syidratil Muntaha’. Namun sejauh itu hanya ditempuh oleh
Rasulullah SAW atas kehendak Allah Azza Wa Jalla, pulang pergi hanya beberapa
jam saja. Padahal manusia modern untuk perisiapan mendarat di bulan saja
memerlukan waktu berpuluh-puluh tahun.
Memang tujuan utama
Isra’ Mi’raj ialah Allah hendak memperlihatkan kepada Rasul-Nya tentang
tanda-tanda kebesaran dan kekuasaan-Nya, keajaiban ciptaan-Nya, menenangkan
hati Rasul, mempertajam bashirah
(mata hati), dan menambah keyakinannya. Hikmah ini telah disinggung dalam
firman Allah di atas:
Artinya :“…. Kami akan memperlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda kebesaran
Kami…. “ [Q.S Al-Isra’ : 1]
Dan seperti yang termaktub dalam ayat
lain :
Artinya. “Sesungguhnya Dia telah melihat sebahagian tanda-tanda (kekuasaan)
Tuhannya yang paling besar. [Q.S. An-Najm : 18]
Hadirin Jama’ah Jum’ah
Rahimahumullah
Manakala dalam uraian
Isra’ Mi’raj ada banyak hal yang sangat mengherankan, maka hal itu sebenarnya
telah dinyatakan oleh Allah Azza Wa Jalla dalam firman-Nya sebagai berikut :
Artinya. “dan Kami jadikan penglihatan yang Kami turunkan kepadamu (Muhammad),
melainkan sebagai ujian bagi manusia. (Q.S Al-Isra’ 60).
Sesungguhnya apa yang
telah diperlihatkan oleh Allah Azza Wa Jalla kepada Rasulullah SAW sewatu Isra’
Mi’raj, sebenarnya adalah merupakan ujian bagi semua manusia. Baik yang telah
beriman, maupun yang belum beriman.
Adapun beberapa pokok
kejadian yang dialami oleh Nabi Muhammad SAW sewaktu Isra’ Mi’raj antara lain :
Sebelum Isra’ kan, hati
Nabi dibersihkan, jiwa rohani yang dapat menimbulkan kegoncangan, dihilangkan. Kemudian
diisi dengan ketabahan dalam menghadapi segala godaan yang menghadangnya, hati
beliau diisi iman, hikmat, rasa kasih saying kepada sesame manusia, dan
dibersihkan dari segala keinginan yang dapat membawa kehancuran pribadi dan
umat manusia.
Ma’asyral
Muslimin Rahimakumullah
Sesungguhnya Nabi
Muhammad SAW adalah manusia yang sempurna segala-galanya. Tidak sedikitpun
dalam hati beliau ada kotorannya yang akan tetapi, manakala dada beliau dibelah
oleh Malaikat Jibril, hati beliau dicuci dan diisi iman, dan hikmah adalah
semata-mata karena beliau hendak melaksanakan tugas yang luar biasa. Dan hal
itu hendaklah menjadi pelajaran bagi kita umat Islam . bahwa sebelum kita
bergerak, berjuang dan membangun, terlebih dahululu kita harus membekali diri
dengan iman, hikmah, kasih saying dan kesabaran yang tinggi. Baik diri kita
sebagai pribadi. Diri kita sebagai bangsa. Maupun diri kita sebagai umat Islam.
Segala gerak dan perjuangan kita hendaklah didasari dengan hati yang suci,
ikhlas, semata-mata beribadah kepada Allah dan mengharapkan ridha-Nya.
Sidang
Jum’at Rahimahumullah
Patut kita renungkan
kisah dialog antara Rasulullah SAW dengan Allah SWT pada malam Isra’ Mi’raj.
Singkat cerita, pada
malam itu Jibril As. mengantarkan Rasulullah SAW naik ke Sidratul Muntaha.
Namun karena Jibril As tidak diperkenankan untuk mencapai Sidratul Muntaha,
maka Jibril As pun mengabarkan Rasulullah SAW untuk melanjutkan perjalanannya
sendiri tanpa dirinya.
Rasulullah Saw
melanjutkan perjalanan perlahan sambil terkagum-kagum melihat indahnya istana
Allah Swt hingga tiba di Arsy. Setelah sekian lama menjadi seorang Rasul,
inilah pertama kalinya Muhammad Saw berhadapan dan berbincang secara langsung
dengan Allah Azza wa Jalla. Bayangkanlah betapa indah dan luar biasa dahsyatnya
moment ini, Masya Allah.
Percakapan antara
Muhammad Rasulullah Saw dengan Allah Subhanahu Wata'ala:
Rasulullah SAW-pun
mendekat dan memberi salam penghormatan kepada Allah Swt : "Attahiyyatul
mubarokastush shalawatuth thayyibaatulillah = Semua ucapan penghormatan,
pengagungan dan pujian hanyalah milik Allah".
Kemudian Allah Swt
menjawab sapaannya : "Assalamu 'alaika ayyuhan Nabiyyu warahmatullahi wa
barakaatuh = Segala pemeliharaan dan pertolongan Allah untukmu wahai Nabi,
begitu pula rahmat Allah dan segala karunia-Nya".
Mendapatkan jawaban
seperti ini, Rasulullah Saw tidak merasa jumawa atau berbesar diri, justru
beliau tidak lupa dengan umatnya, ini yang membuat kita sangat terharu.
Beliau menjawab dengan
ucapan : Assalaamu 'alaina wa 'alaa 'ibadallahish shalihiin"= Semoga perlindungan dan
pemeliharaan diberikan kepada kami dan semua hamba Allah yang shalih"
Bacalah percakapan mulia itu sekali lagi, itu adalah percakapan Sang Khaliq dan
hamba-NYA, Sang Pencipta dan ciptaan-NYA dan beliau saling menghormati satu
sama lain, menghargai satu sama lain, dan lihat betapa Rasulullah Saw mencintai
kita umatnya, bahkan beliau tidak lupa dengan kita ketika beliau di hadapan
Allah Swt..."
Melihat peristiwa ini,
para Malaikat yang menyaksikan dari luar Sidratul Muntaha tergetar dan
terkagum-kagum betapa Rahman dan Rahimnya Allah Swt, betapa mulianya Muhammad
Saw. Kemudian para Malaikat-pun mengucap dengan penuh keyakinan : Asyhadu Allaa
ilaaha illallah, wa asy hadu anna Muhammaddarrasulullah = Kami bersaksi bahwa
tiada Tuhan selain Allah dan kami bersaksi bahwa Muhammad itu adalah hamba
Allah dan Rasul Allah".
Jadilah rangkaian
percakapan dalam peristiwa ini menjadi suatu bacaan dalam shalat yaitu pada
posisi Tahiyat Awal dan Akhir, yang kita ikuti dengan shalawat kepada Nabi
sebagai sanjungan seorang individu yang menyayangi umatnya. Mungkin sebelumnya
kita tidak terpikirkan arti dan makna kalimat dalam bacaan ini. Semoga dengan
penjelasan singkat ini kita dapat lebih meresapi makna shalat kita. Sehingga
kita dapat merasakan getaran yang dirasakan oleh para Malaikat disaat peristiwa
itu. Semoga bermanfaat untuk menambah kekhusu'an shalat kita. Aamiin Yaa Robbal
Aalamiin.
"SEMOGA BERMANFAAT - Silahkan tinggallkan komentarnya."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar