Hikmah Pagi : Pemimpin yang Sadar
Diri
Redaksi : Siwi Tri Puji B
Oleh Muhbib Abdul Wahab***
Ketika dibaiat menjadi khalifah, Umar bin Abdul Aziz menangis tersedu-sedu.
Beberapa penyair mendatanginya dengan maksud menghiburnya, tapi ia menolak. Melihat ayahnya menangis hampir seharian, anaknya juga berusaha mencari tahu penyebabnya, tapi tidak berhasil. Istrinya, Fatimah, lantas menemuinya dan bertanya, "Wahai suamiku, mengapa engkau menangis seperti ini?" Umar pun menjawab, "Sungguh aku telah diangkat untuk memimpin urusan umat Muhammad SAW.
Ketika dibaiat menjadi khalifah, Umar bin Abdul Aziz menangis tersedu-sedu.
Beberapa penyair mendatanginya dengan maksud menghiburnya, tapi ia menolak. Melihat ayahnya menangis hampir seharian, anaknya juga berusaha mencari tahu penyebabnya, tapi tidak berhasil. Istrinya, Fatimah, lantas menemuinya dan bertanya, "Wahai suamiku, mengapa engkau menangis seperti ini?" Umar pun menjawab, "Sungguh aku telah diangkat untuk memimpin urusan umat Muhammad SAW.
Aku lalu termenung memikirkan nasib para fakir miskin yang sedang
kelaparan, orang-orang sakit yang tidak bisa berobat, orang-orang yang tidak
bisa membeli pakaian, orang-orang yang selama ini dizalimi dan tidak ada yang
membela, orang-orang yang memiliki keluarga besar tapi hanya mempunyai sedikit
harta, orang-orang tua yang tidak berdaya, orang-orang yang ditawan atau
dipenjara, serta orang-orang yang bernasib menderita di pelosok negeri ini. Aku
sadar dan tahu bahwa Allah pasti akan meminta pertanggungjawabanku amanah ini.
Namun, aku khawatir tidak sanggup memberikan bukti bahwa aku telah melaksanakan
amanah ini dengan baik sehingga aku menangis."
Seraya menyeka air matanya, ia mengutip ayat,
Seraya menyeka air matanya, ia mengutip ayat,
"Sesungguhnya aku takut kepada siksa hari yang besar (kiamat) jika
mendurhakai Tuhanku."(QS Yunus [10]: 15).
Adakah pemimpin saat ini yang memiliki kesadaran eskatologis (pertanggungjawaban di hari akhir) seperti Umar? Faktanya, para pemimpin cenderung berpesta pora ketika memperoleh kemenangan dalam pemilu (pilpres dan pilkada), padahal amanah yang diberikan kepadanya itu sungguh berat dan harus dipertanggungjawabkan kepada publik dan di hadapan pengadilan Allah SWT kelak.
Menyadari betapa rakyatnya masih banyak yang miskin, menderita, dan sengsara, Umar memutuskan tidak tinggal di istana, tapi hanya menempati rumah sederhana tanpa pengawal pribadi dan satpam.
Beliau juga menolak menggunakan fasilitas negara, termasuk berbagai perhiasan yang diwariskan Khalifah Malik bin Marwan untuk istrinya.
Ketika syahwat politik untuk berkuasa membara, seseorang biasanya menjual diri dengan janji-janji politik yang muluk-muluk. Tapi ketika berkuasa, ia cenderung lupa dan tidak sadar diri. Janji tinggal janji. Keadilan tidak ditegakkan. Kekuasaan dijalankan menurut hawa nafsunya. Rakyat dilupakan, bahkan disengsarakan.
Begitulah potret penguasa yang lupa diri sekaligus lupa Allah SWT.
Adakah pemimpin saat ini yang memiliki kesadaran eskatologis (pertanggungjawaban di hari akhir) seperti Umar? Faktanya, para pemimpin cenderung berpesta pora ketika memperoleh kemenangan dalam pemilu (pilpres dan pilkada), padahal amanah yang diberikan kepadanya itu sungguh berat dan harus dipertanggungjawabkan kepada publik dan di hadapan pengadilan Allah SWT kelak.
Menyadari betapa rakyatnya masih banyak yang miskin, menderita, dan sengsara, Umar memutuskan tidak tinggal di istana, tapi hanya menempati rumah sederhana tanpa pengawal pribadi dan satpam.
Beliau juga menolak menggunakan fasilitas negara, termasuk berbagai perhiasan yang diwariskan Khalifah Malik bin Marwan untuk istrinya.
Ketika syahwat politik untuk berkuasa membara, seseorang biasanya menjual diri dengan janji-janji politik yang muluk-muluk. Tapi ketika berkuasa, ia cenderung lupa dan tidak sadar diri. Janji tinggal janji. Keadilan tidak ditegakkan. Kekuasaan dijalankan menurut hawa nafsunya. Rakyat dilupakan, bahkan disengsarakan.
Begitulah potret penguasa yang lupa diri sekaligus lupa Allah SWT.
"Janganlah kamu seperti orang orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah
menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang
yang fasik." (QS al-Hasyr [59]: 19).
Karena itu, penguasa harus sadar diri bahwa kekuasaan itu bukan kesempatan
untuk meraih kenikmatan, tapi kesempatan untuk mengemban amanah yang harus
dipertanggungjawabkan di hadapan publik dan Allah SWT.
Figur seperti Umar bin Abdul Aziz itulah pemimpin teladan yang sadar diri,
tidak lupa rakyat, sekaligus tidak lupa kepada Allah SWT. Sungguh karakter
pemimpin seperti itu di negeri ini masih sangat langka, meski kita sudah lama
mendambakannya.
"TERIMAKASIH DAN SEMOGA BERMANFAAT"
MOHON TINGGALKAN PESAN
Insyaallah bermanfaat.. silahkan mampir ke blog kami.
BalasHapus