Jumat, 01 Februari 2019

KHUTBAH JUM’AT


KHUTBAH JUM’AT

Bertaubat setelah bersabar

KHATIB : H.M. SIBAWAEH, S.Pd

إنَّ الحَمْدَ لله، نَحْمَدُه، ونستعينُه، ونستغفرُهُ، ونعوذُ به مِن شُرُورِ أنفُسِنَا، وَمِنْ سيئاتِ أعْمَالِنا، مَنْ يَهْدِه الله فَلا مُضِلَّ لَهُ، ومن يُضْلِلْ، فَلا هَادِي لَهُ.
أَشْهَدُ أنْ لا إلَهَ إلا اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ، وأشهدُ أنَّ مُحَمَّدًا عبْدُه ورَسُولُه.
اَللَّهُمَّ صَلِّى عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَ هُدًى
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
يَاأَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالأرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلا سَدِيدًا * يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا

Segala puji bagi Allah Swt Yang Maha Agung lagi Maha Mulia atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua, sehingga pada saat ini kita masih berada dalam kesehatan dan dapat hadir di majlis yang mulia ini untuk menunaikan kewajiban shalat jum’at.
Shalawat dan salam kita haturkan kehadirat Junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW, karena dengan jasa besar beliau sehingga kita dapat menikmati ajaran yang benar sampai saat ini. Oleh karenanya mari kita semua bersama-sama meningkatkan ketaqwaan kepada Allah dengan berupaya melaksanakan semua perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya.

Sidang jum’at Rohimakumullah
Sejumlah ayat dalam Al-Qur’an menyeru kepada kaum Muslimin untuk bertaubat setelah mereka bersabar, berhijrah dan berjihad dijalannya sebagaimana firman Allah       dalam Surah An-Nur Ayat 31.
وَتُوبُوٓاْ إِلَى ٱللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَ ٱلۡمُؤۡمِنُونَ لَعَلَّكُمۡ تُفۡلِحُونَ ٣١
“Dan bertaubatlah kalian semua kepada Allah wahai orang-orang yang beriman. Mudah-mudahan kalian menjadi orang-orang yang beruntung.
(An-Nur [24] : 31).

Sidang jum’at Rohimakumullah
Yang menarik, ayat itu ditutup dengan kata la'allakum tuflihun, mudah-mudahan kalian menjadi orang yang beruntung. Tampak sekali keberuntungan dan kemenangan seseorang sangat tergantung pada taubatnya. Disisi lain, Allah juga memberi restu kepada orang yang bertaubat untuk menjadi pemenang sekaligus orang yang beruntung.
Dari pengertian tersebut terkandung sebuah makna tersembunyi (mafhum mukhalafah) bahwa sebaik apapun perbuatan seseorang, jika ia tidak bertaubat kepada Allah, maka akhirnya akan merugi. Hidupnya jauh dari kemenangan, apabila kejayaan dan kemuliaan. Mereka justru hidup dalam kesengsaraan dan kerugian yang besar. Bahkan mereka termasuk orang-orang yang zalim. Allah berfirman :
وَمَن لَّمۡ يَتُبۡ فَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلظَّٰلِمُونَ ١١
“Dan barangsiapa yang tidak bertaubat, maka mereka adalah orang-orang yang zalim”. (Al-Hujurat [49] : 11).

Dari ayat di atas tergambar bahwa manusia hanya bisa dibagi dalam dua golongan. Pertama, orang-orang yang bertaubat. Kedua, orang-orang yang zalim. Tidak ada pilihan lain. Artinya, kalau dia bukan tergolong orang yang bertaubat, pasti ia termasuk golongan yang zalim. Tidak ada istilah setengah taubat dan setengah zalim.

Sidang jum’at Rohimakumullah
Dalam Al-Qur’an, kata taubat banyak dirangkaikan dengan kata iman dan amal shaleh (perbuatan baik). Hal ini menunjukkan bahwa taubat tidak bisa dilakukan oleh mereka yang hatinya belum terisi oleh iman. Taubat juga menjadi bagian tak terpisahkan dari amal shaleh. Allah berfirman :
وَإِنِّي لَغَفَّارٞ لِّمَن تَابَ وَءَامَنَ وَعَمِلَ صَٰلِحٗا ثُمَّ ٱهۡتَدَىٰ ٨٢
“Dan sesungguhnya Aku Maha Pengampun bagi orang-orang yang bertaubat, beriman, serta mengerjakan amal shaleh, kemudian tetap di jalan yang benar”.
(Thaha [20] : 82).

Sebaliknya, sebagaimana dijelaskan oleh Allah dalam Al-Qur’an surat Al-Furqan [25] ayat 69-70, mereka yang tidak bertaubat akan disediakan siksaan yang berat dan kehidupan yang menghinakan.
Kedua ayat di atas menegaskan bahwa taubat merupakan syariat yang wajib bagi setiap Muslim. Lebih dari itu, taubat merupakan perbuatan yang paling disukai Allah sebaliknya, Allah sangat membenci orang-orang yang “sok suci”. Dia mengecam orang yang merasa dirinya bersih. Allah  berfirman :
فَلَا تُزَكُّوٓاْ أَنفُسَكُمۡۖ هُوَ أَعۡلَمُ بِمَنِ ٱتَّقَىٰٓ ٣٢
“Maka janganlah kamu menganggap dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui tentang orang-orang yang bertakwa” (An-Najm [53] : 32).

Rasulullah adalah manusia suci yang terbebas (ma’shum) dari kesalahan dan dosa. Namun, tiada seharipun beliau lalui tanpa bertaubat kepada Allah.
Dalam suatu riwayat disebutkan bahwa beliau melakukan sebanyak 70 kali, bahkan dalam riwayat shahih lainnya disebutkan sebanyak seratus kali.
 “Wahai manusia,” kata Rasulullah   dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Muslim, “Bertaubatlah kamu kepada Allah dan mohonlah ampun kepada-Nya, karena sesungguhnya aku meminta ampun kepada Allah setiap hari sebanyak seratus kali.
Jika Rasulullah  yang ma’sum saja bertaubat sebanyak itu, lalu bagaimana dengan kita? Di sini persoalannya. Bukan sekadar pahala dan dosa, lebih dari itu, Allah sangat mencintai orang yang bertaubat. Bukankah yang kita cari dalam hidup ini adalah cinta Allah? Lalu, jika Allah mencintai orang yang bertaubat, mengapa kita tidak bersegera melakukannya ?
 إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلتَّوَّٰبِينَ وَيُحِبُّ ٱلۡمُتَطَهِّرِينَ ٢٢٢
“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri” (Al-Baqarah [2];222).

Sidang jum’at Rohimakumullah
Perintah taubat memang tidak khusus ditujukan kepada orang yang berbuat dosa, akan tetapi tertuju kepada kaum Muslimin. Dalam hal ini Allah menggunakan kata perintah (Fiil Amr): tuubu (bertaubatlah). Kata ini menunjukkan bahwa bertaubat hukumnya wajib, sebagaiaman kewajiban menjalankan ibadah lainnya.
Tentu saja perbuatan ini untuk kepentingan manusia sendiri. Sebab, tujuan dari perintah taubat ini adalah membimbing manusia agar mencapai kebahagiaan hidup didunia maupun diakhirat.
Allah    tidak mendapat untung jika seluruh hambanya bertaubat. Sebalinya, tidak merugi jika seluruh hambanya membangkang dijalannya.

Sidang jum’at Rohimakumullah
Para ulama membagi taubat dalam dua kategori berdasarkan Al-Qur’an surat An-Nisa [4] ayat 17 dan 18 pertama, taubat yang diterima. Kedua taubat yang ditolak.
Dalam surat tersebut ditegaskan bahwa taubat yang diterima disisi Allah adalah taubatnya orang-orang yang mengerjakan kejahatan lantaran kejahilan (bi jahalatin).
Dalam tafsir ibnu katsir dijelaskan bahwa perkatan “bi jahalatin” pada ayat itu tidak berarti bahwa semua perbuatan dosa yang dilakukan tanpa pengetahuan secara otomatis tidak diterima taubatnya. Sebab, pada hakekatnya setiap perbuatan dosa itu adalah sebuah kebodohan (jahallah). Karenanya, pintu taubat itu masih tetap terbuka asal dilakukan dengan “segera”.
Lalu, siapakah yang taubatnya tertolak? Para ulama’ bersepakat bahwa pintu taubat tertutup bagi orang-orang kafir. Barang siapa yang mati dalam keadaan kafir, maka dosa-dosanya tidak diampuni. Sebanyak apapun amalnya, tidak akan diperhitungkan oleh Allah sekalipun mereka sangat besar jasanya dalam amal-amal kemanusiaan. Dalam hal ini, seorang anak sekalipun tidak diperbolehkan mendo’akan ayah atau ibu yang mati dalam keadaan kafir.
Kedua, orang yang terlambat bertaubat sehingga ajalnya sudah sampai ditenggorakan. Fir’aun adalah contohnya. Sepanjang hidupnya dia menjadi musuh Allah sehigga ia ditenggelamkan dalam lautan. Sesaat sebelum mati ia sempat bertaubat, tapi Allah tidak menerima taubatnya.
  
Sidang jum’at Rohimakumullah
Ibnu Attahillah menjelaskan, jika taubatmu diterima, yang ditandai jika engkau merasa lapang ketika melakukan ketaatan serta cenderung pada negeri akherat, maka bergembiralah dan bersyukurlah pada Allah atas yang ditandai engkau masih menikmati maksiat dan masih merasa senang dengannya, maka minta tolonglah kepada Allah.
Hidup memang tak pernah lepas dari salah dan dosa tapi saat terjerambat, segera bangkitlah dengan taubat nasuha. Akhirnya semoga Allah melapangkan kehidupan dunia dan akhirat kita.


1 komentar: