Jumat, 22 Februari 2019

KHUTBAH JUM'AT - MENELADANI AKHLAK RASULULLAH SAW

“MENELADANI AKHLAK RASULULLAH SAW”
KHATIB : H.M. SIBAWAEH, S.Pd

إنَّ الحَمْدَ لله، نَحْمَدُه، ونستعينُه، ونستغفرُهُ، ونعوذُ به مِن شُرُورِ أنفُسِنَا، وَمِنْ سيئاتِ أعْمَالِنا، مَنْ يَهْدِه الله فَلا مُضِلَّ لَهُ، ومن يُضْلِلْ، فَلا هَادِي لَهُ.
أَشْهَدُ أنْ لا إلَهَ إلا اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ، وأشهدُ أنَّ مُحَمَّدًا عبْدُه ورَسُولُه.
اَللَّهُمَّ صَلِّى عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَ هُدًى
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
يَاأَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالأرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلا سَدِيدًا * يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا

Segala puji bagi Allah Swt Yang Maha Agung lagi Maha Mulia atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua, sehingga pada saat ini kita masih berada dalam kesehatan dan dapat hadir di majlis yang mulia ini untuk menunaikan kewajiban shalat jum’at.
Shalawat dan salam kita haturkan kehadirat Junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW, karena dengan jasa besar beliau sehingga kita dapat menikmati ajaran yang benar sampai saat ini. Oleh karenanya mari kita semua bersama-sama meningkatkan ketaqwaan kepada Allah dengan berupaya melaksanakan semua perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya.

Hadirin  sidang Jum’at yang dirahmati Allah,
Seorang muslim berkewajiban untuk meneladani akhlak Rasulullah dalam seluruh asfek kehidupan karena memang kehadiran beliu di dunia ini untuk memperbaiki akhalak manusia, lebih jauh Allah menjelaskan tentang beliau :

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” [Al-Ahzab 33;21]

Ada beberapa akhlak Rasulullah yang patut kita ikuti sepanjang sejarah kehidupan beliau, semua ini sebagai bekal hidup, agar kehidupan kita terarah dan hanya mengacu kepada keteladanan beliau, tidak layak kiranya kita menjadikan bintang film, pemain sepak bola, penyanyi sebagai teladan, apalagi mereka tidak jelas arah kehidupannya, inilah akhlak beliu yang kita kedepankan;

Hadirin  sidang Jum’at yang dirahmati Allah,
Pertama, beliau hidup didunia ini semata-mata hanya mencari ridha Allah, tidak ada motivasi dunia, berupa harta dan kedudukan serta status sosial, walaupun semua itu dapat diperoleh. Inilah yang dipertanyakan oleh Abu Thalib kepada beliau sehubungan dengan datangnya serombongan kafir Quraisy menawarkan sesuatu kepada Muhammad, maka beliau menjawab ;
“Wahai paman, seandainya mereka meletakkan bulan dipundakku sebelah kiri dan matahari sebelah kananku, agar aku meninggalkan dakwah ini, sungguh tidak akan berhenti sehingga aku mendapatkan kejayaan Islam atau aku binasa karenanya.
 Kedua, beliau adalah seorang nabi, setiap perkataan yang keluar dari mulutnya adalah perkataan yang benar, sehingga bercanda beliaupun tidak pernah keluar kedustaan, inilah yang diajarkan oleh Allah kepada para nabinya [20;30]. Dengan berkata benar dan jujur saja firman Allah yang disampaikan Rasulullah banyak ditentang oleh ummatnya, apalagi beliau berbohong, siapa yang mau mengikuti risalah ini, itulah peran belaiu di masyarakat mendapat julukan “Al Amin” artinya orang yang dipercaya segala tindakan dan ucapannya.
Ketiga, peran nabi Muhammad di dunia ini adalah menegakkan keadilan yaitu sikap dan sifat yang menempatkan sesuatu sesuai pada proforsinya. Selama ini kezhaliman telah menyengsarakan rakyat diabaikan, inilah yang sangat dibenci oleh Rasulullah sehingga keluarlah ucapan beliau, “Seandainya anakku Fatimah mencuri, maka pasti aku potong tangannya”. Allah berfirman dalam surat An-Nahl 16;90

“Sesungguhnya Allah menyuruh, nerlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkran dan permushakan, dia memberi pengajaran kepadamuagar kamu dapat mengambil pelajaran [An-Nahl 16;90].

Hadirin  sidang Jum’at yang dirahmati Allah,
Keempat, beliau mempunyai sifat jujur dan lurus sehingga para kafir Quraisy lebih senang menitipan barang kepada Nabi Muhammad padahal mereka sangat membencinya karena dianggap telah memporakporandakan persatuan mereka dan merusak Tuhan-Tuhannya, ingat ketika hijrah, itulah makanya Rasulullah menyuruh Ali untuk tidur dikkamar beliau, sebab tugas Ali besoknya adalah mengantarkan segala barang titipan tersebut kepada pemiliknya. [33;70-71].
 Kelima, Rasulullah adalah seorang hamba yang senantiasa bersyukur kepada Allah, hal ini terlihat dari ibadah yang dilakukan, tahajud beliau dilakukan tiap malam sehingga menggugah persaan Aisyah untuk bertanya, maka beliau menjawab, “ini semua aku lakukan dalam ujud syukur kepada Allah”. Yang dimaksud dengan disini adalah membelajakan atau menggunakan sarana hidup yang diberikan Allah untuk kepentingan yang dikehendaki-Nya.
Allah berfirman dalam surat Ibrahim 14;7.

“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhan Memaklumkan ‘Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti kami akan menambahkan (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nkmat-ku). Maka sesungguhnya azab-ku, maka ssungguhnya azb-ku sangat pedih [Ibrahim 14;7].

Hadirin  sidang Jum’at yang dirahmati Allah,
Keenam, kesabaran beliau dalam menerima ujian sangatlah dipuji dan memang orang yang paling banyak mendapat ujian dari sekian manusia adalah para nabi sehingga beliau masuk dalam deretan nabi ulul azmi. Bagaimana perjalanan beliau dalam menyampaikan da’wah di Yhaif, dikejar dan dilempari dengan batu, pernah pula beliau diludahi, diancam oleh Da’tsuur dengan pedang terhunus, dikejar oleh Suraqah bin Salul saat hijrah, serta musibah-musibah lainnya, tapi beliau tetap tegar dan kokoh menghadapi semua itu.
Ketujuh, ciri khas Rasulullah untuk tampil didunia ini hanya semata-mata untuk membela Allah, menegakkan dienul haq yaitu Al Islam, sehingga segala tawaran yang diberikan kepada beliau sejak dari harta, tahta, wanita semuanya ditepis tanpa ragu dan takut kepada siapapun.

Kedepalan, Rasulullah mempunyai akhlak mulia yaitu tegas kepada orang-orang kafir. Bukan berarti kasar begis kepada mereka, tapi sikap hidup yang jelas, apalagi berkaitan dengan aqidah tentu tidak ada tawar menawarnya. Hal ini pernah terjadi ketika beliau diajak untuk menyembah berhala seminggu kemudian kafir Quraisypun menyembah Allah seminggu secara bergantian.
Dengan tegas beliau menjawab melalui firman Allah dalam surat Al Kafirun ; 1-6

“Katakanlah :. Hai orang-orang kafir, aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah, dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. Untukmu agamamu, dan untukku, agamaku. [Al Kafirun ; 1-6]

Suatu ketika Umar bin Khattab memegang selembar kitab Taurat, melihat itu langsung Rasulullah memerintahkan agar menyingkirkan kitab itu dengan sabdanya, “Andaikata Musa hadir hari ini disini tentu dia akan meninggalkan itu dan beriman kepada Al-Qur’an”.

Hadirin  sidang Jum’at yang dirahmati Allah,
Dia telah pergi 1400 tahun lalu, meninggalkan untuk kita cinta dan kasih sayang, nanti kalian akan minum dari telaga itu. “Nabi naik diatas mimbar, aku lihat ada telaga, kata Nabi, ada telaga (haudh), dan kalian akan minum di sini. Siapa yang minum dari sana ya Rasulullah?. Ikhwani.. Ikhwani.. 
Saudara-saudaraku akan minum dari sini.  Kamikah itu Rasulullah. Enggak, antum asabi. Kalian sahabatku, kalian sahabatku. Yang akan minum nanti disini nanti “ikhwani” siapa itu ya Rasulullah? Amanu bi walam yarouni. “Mereka beriman kepadaku padahal tak pernah melihat aku”. 
Mudah-mudahan kita termasuk di sana, 14 abad jarak kita dengan dia, 1440 tahun yang lalu jarak kita dengan dia. Dia sudah memikirkan kita, patah giginya, berdarah pelipisnya, berdarah kakinya, sahabat berkata, engkau punya do’a mustajab ya Rasulullah, Engkau punya do’a makbul ya Rasulullah, kau do’a sekali saja, rata mereka dengan tanah. Kau doa sekali saja, mati mereka ya Rasulullah, mintakan do’a itu ya Rasulullah, sekali saja engkau berdo’a ya Rasulullah, akan mati mereka semua kata Rasulullah, tidak.! Do’a itu aku simpan. Untuk siapa, untuk kalian, nanti di padang mahsyar. Aku simpan do’a itu nanti, syafaatan lil ummati, dia pikirkan kita 14 abad yang lalu.

Benarkah kita sudah mencintainya.?

1 komentar:

  1. Mohon kiranya posting komentar, sebagai penyemangat penulis dan penyaji dalam mengembangkan sebuah karya tulis yang sekira bermanfaat sebagai refrensi dalam membuat sebuah karya. Baraqallah - terimakasih.

    BalasHapus