Jumat, 12 Agustus 2011

20 CARA SUKSES & CIRI GAGAL RAMADHAN


20 Cara Menang

1.     Mengobarkan rindu Ramadhan, meluruskan niat, dan memancangkan tekad untuk meraih berbagai keutamaannya.
2.     Membuat rencana (planing) yang matang dalam mencapai target-target ibadah dan amal shalih Ramadhan, serta target mengikis kebiasaan jahiliyah.
3.     Memperlambat sahur dan mempercepat berbuka puasa.
4.     Tidak berlebih-lebihan dalam berbuka puasa (ifthar), serta membiasakan mengkonsumsi kurma atau makanan yang manis lainnya.
5.     Menunaikan zakat fitrah, harta, profesi, dan lain-lain, serta banyak berinfak dan sedekah.
6.     Berusaha tilawatul Qur’an (membaca Qur’an) sampai khatam (selesai) serta menghafal dan mentadabburinya.
7.     Tingkatkan pemahaman agama dengan membaca berbagai tulisan dan buku tentang Islam, khususnya tentang puasa, baik segi fiqih maupun naknawiyahnya.
8.     Meningkatkan disiplin dan muraqabatullah (perasaan bahwa Allah mengawasi kita), karena puasa melatih disiplin.
9.     Hidupkan malam dengan shalat tarawih atau qiyamullail dan targetkan harus bisa penuh 39 malam.
10.      Mejauhkan diri dari sebab-sebab yang dapat mendekatkan diri pada kemaksiatan seperti perilaku, pergaulan, bacaan, tontonan, dan konsumsi (misalnya rokok) yang sia-sia untuk selama-lamanya.
11.      Memberikan makanan berbuka pada kepada orang-orang yang melakukan puasa, terutama bagi mereka yang kesulitan, seperti fakir miskin dan orang yang berada dalam perjalanan.
12.      Banyak berzikir, minta ampun dan berdo’a pada setiap kesempatan (duduk, berdiri, dan berbaring).
13.      Memberikan skala prioritas terhadap segala aktivitas yang dapat mendekatkan diri pada Allah (Subhanahu wa Ta’ala) SWT.
14.      Memperbanyak aktivitas yang berhubungan dengan kegiatan amal sosial bagi kaum dhuafa serta kegiatan dakwah.
15.      berusaha untuk saling menjaga hati, lisan, dan sikap untuk menyempurnakan puasa serta menjaga pandangan. Bagi wanita yang belum menutup aurat harus memulai menutup aurat untuk seterusnya.
16.      Berusaha keras untuk bisa menjalankan I’tikaf  (berdiam diri di masjid dengan tujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah dan menyempurnakan amal ibadah kita) pada 10 malam terakhir dengan tekad meraih lailatul qadar dan memperbaiki diri.
17.      Menghindari amalan yang bid’ah di bulan Ramadhan.
18.      Memperhatikan dan berusaha memperaktikkan betul rambu-rambu Ramadhan, seperti hal-hal yang makruh atau haram.
19.      Menyambung Ramadhan dengan melakukan puasa sunnah 6 hari di bulan Syawal.
20.      Tidak berlebihan dalam menyambut idul fitri dengan berbangga-bangga dalam hal makanan, paikaian atau hal-hal duniawi lainnya.

20 Ciri Gagal

Sebagai sebuah medan training (tarbiyah), Ramadhan punya indikator keberhasilan. Bagaiamana mengukurnya? Yang paling mudah adalah dengan melihat ciri kegagalannya berikut ini.
1.     Tidak mempersiapkan diri semaksimal mungkin jauh hari sebelum Ramadhan.
Persiapan diri tersebut meliputi, pertama, persiapan hati (al-isti’dad al-ruhiy) dengan kerinduan dan kegembiraan menyambut kedatangannya serta dengan berdo’a agar bisa dipanjangkan umur sampai ke Ramadhan. Kedua, persiapan keilmuan (al-isti’dad al-fikriy) dengan menguasai ilmu dan hakekat Ramadhan. Ketiga persiapan fisik (al-isti’dad al-jasady) dengan menjaga kesehatan dan membiasakan tubuh untuk berpuasa sunnah di bulan Sya’ban. Keempat persiapan logistik (al-isti’dad al-maliy) dengan menyiapkan bekal untuk sedekah. Dan kelima. Kondisikan lingkungan.
2.     Gampang mengulur waktu shalat fardhu.
Sa’id bin Musayyad mengelompokkan orang yang tak segera mendirikan shalat tepat pada waktunya kedalam tarkush-shalah (meninggalkan shalat). Orang yang berpuasa Ramadhan sangat disiplin menjaga waktu shalat, karena nilainya setara dengan tujuh puluh kali shalat fardhu di bulan lain.
3.     Malas menjalankan ibadah-ibadah sunnah.
Termasuk di dalamnya menjalankan ibadah shaltullail. Hadits kudsi mengatakan, “dan hambaku masih mendekatkan diri kepadaku dengan ibadah-ibadah sunnah sampai aku mencintainya”.
4.     Kikir dan rakus pada harta benda.
Takut rugi jika mengeluarkan banyak infak dan sadakah adalah tanda gagal Ramadhan. Sebab, salah satu sasaran utama syam adalah membuat manusia mampu mengendalikan sifat rakus pada makan, minum, maupun pada harta benda.
5.     Malas membaca Al-Qur’an.
Ramadhan juga di sebut syahrul Qur’an (bulan Al-Qur’an) orang-orang shaleh di masa lalu menghabiskan waktunya siang dan malam Ramadhan untuk berinteraksi dengan Al-Qur’an.
6.     Mudah mengumbar amarah.
Ramdhan adalah bulan kekuatan Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam. (SAW) bersabda, “orang kuat bukanlah orang yang selaluu menang ketika berkelahi tapi orang yang kuat adalah orang yang bisa menguasai diri ketika marah.”
7.     Gemar bicara sia-sia dan dusta.
Umar bin Hattab RA berkata, “puasa ini bukanlah hanya menahan diri dari makan dan minum saja, akan tetapi juga dari dusta, dari perbuatan yang salah dan tutur kata yang sia-sia (al-muhalla : 178).”
8.     Memutuskan tali silaturrahmi.
Ketika menyambut datangnya bulan suci Ramadhan. Rasulullah SAW bersabda, “barang siapa menyambung tali persaudaraan (silaturrahmi) di bulan ini. Allah akan menghubungkan dia dengan rahmat-Nya. Barang siapa memutuskan hubungan kekeluargaan di bulan ini. Allah akan memutuskan rahmat-Nya pada hari ia berjumpa dengan-Nya.
9.     Menyia-nyiakan waktu.
Termasuk gagal Ramadhan adalah lalai atas karunia waktu dengan melakukan perbuatan sia-sia, kemaksiatan, dan hura-hura. Disiplin waktu selama Ramadhan semestinya membekas kuat dalam bentuk cinta, ketertiban, dan keteraturan.
10.      Labil dalam menjalani hidup.
Labil alias gamang, khawatir, menyesal, serta gelisah dalam menjalani hidup adalah tanda gagal Ramadhan. Bila seseorang meraih berkah bulan suci ini jiwanya mantap, hatinya tentram, perasaannya tenang dalam menghadapi keadaan apapun.  
11.      Tidak bersemangat menyiarkan Islam.
Salah satu utama alumni Ramadhan yang berhasil ialah ketakwaannya semakin kuat. Salah satu wujudnya adalah semangat mensyiarkan Islam.
12.      Khianat dalam amanah.
Syiam (puasa) adalah amanah Allah Subhanahu Wata’ala yang harus di pelihara (dikerjakan) dan selanjutnya di pertanggung jawabkan dihadapannya kelak. Orang yang terbiasa memenuhi amanah dalam ibadah Syirr (rahasia). Itu akan lebih menepati amanahnya terhadap orang lain, baik yang bersifat rahasia, maupun nyata.
13.      Rendah motivasi hidup berjamaah.
Ramadhan seharusnya menguatkan motivasi untuk hidup berjamaah. Allah SWT berfirman. “sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam satu barisan yang teratur, seakan-akan mereka seperti bangunan yang tersusun kokoh. “(Ash-Shaf [61] : 4).
14.      Tinggi ketergantungannya pada makhluk.
Hawa nafsu dan syahwat merupakan pintu utama ketergantungan manusia pada semua makhluk. Jika jiwa seseorang berhasil merdeka dari kedua mitra syietan itu setelah Ramadhan, maka yang mengendalikan diri-Nya adalah fitrah dan akhlak.
15.      Malas membela dan menegakkan kebenaran.
Ramadhan adalah bulan dakwah dan jihad. Maka, di tengah gelombang kebathilan dan kemungkaran yang semakin merajalela saat ini, para jebolan akademi Ramadhan seharusnya semakin gigih membela dan menegakkan kebenaran.
16.      Tidak mencintai kaum dhuafa.
Ramadhan adalah bulan kasih sayang. Karena itu, rasa cinta kita terhadap orang-orang yang paling lemah di kalangan masyarakat seharusnya bertambah.
17.      Salah dalam memaknai akhir Ramadhan.
Khalifah Umar ibn Abdul Aziz memerintahkan seluruh rakyatnya supaya mengakhiri puasa dan memperbanyak istighfar dan memperbanyak sadakah. Karena istigfar dan sadakah dapat menambal yang robek-robek dari puasa.
18.      Terlalu sibuk mempersiapkan lebaran, sementara I’tikaf  di abaikan.
Banyak yang lupa bahwa 10 malam terakhir adalah saat-saat genting yang menentukan nilai akhir kita di mata Allah SWT dalam bulan berkah ini. Jadi fokuslah ke sini, tidak kepada urusan dunia.
19.      Menganggap dan menjalani Idul Fitri sebagai hari kebebasan berbuat jahiliyah lagi.
Makna Idul Fitri antara lain berarti “kembali ke fitrah.” Namun kebanyakan orang memandangnya sebagai hari di bebaskannya mereka dari “penjara” Ramadhan. Akibatnya hanya beberapa sesaat setelah Ramadhan pergi, ucapan dan tindakannya kembali jahiliyah.
20.      Tidak mengalami peningkatan keharmonisan keluarga.
Berbagai ibadah di bulan Ramadhan adalah sarana yang sangat tepat untuk membangun keharmonisan dalam keluarga. Jangan biarkan keluarga kita tidak berhasil meraihnya.
Wallahu a’lam bish shawab.***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar