Sabtu, 13 Agustus 2011

MENYIKAPI MASALAH

بسم الله ارّحمن ارّحيم
Sebagai manusia kita perlu akan dihadapkan pada suatu masalah yang berbeda. Ada sebagian manusia yang bisa melewati masalahnya dengan solusi terbaik dan sementara itu ada juga bagian yang justru terpuruk dalam masalahnya sehingga tidak bisa lagi memahami apa arti hidup serta tidak tahu tujuan dan bagaimana mengambil sikap. Dari sebagian orang ini terkadang ada yang memilih mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri karena stres dan defresi. Na’udzubillahi min dzalik!.
Timbul tenggelamnya seseorang dalam masalah yang ia hadapi bisa jadi karena kekurangan ilmu. Untuk perbandingan kita ambil contoh cerita Tarzan. Tarzan mampu bertahan hidup di hutan belantara yang dihuni binatang dan tumbuhan-tumbuan, sebab hanya tarzanlah satu-satunya manusia yang menghuni hutan itu. Kenapa ia mampu bertahan?. Karena ia sangat menguasai ilmu bertahan hidup di hutan. Sebaliknya, walaupun bekal kita komplit untuk tinggal di hutan selama beberapa hari, tapi jika ilmu kita kurang, mengenai bagaimana bertahan hidup di hutan, maka sia-sialah bekal tersebut lain halnya dengan tarzan, ia tidak pernah khawatir tidak bisa makan karena ia tahu sekali pohon yang berbuah lebat dan ia mahir sekali bagaimana cara menangkap ikan di sungai yang begitu deras airnya tanpa cidera sedikitpun.
Jadi, segala permasalahannya hidup sebenarnya ada pada ilmu. Ilmu yang di maksud di sini tiada lain adalah ilmu Allah, yaitu al-Islam. Maka, dalam hal ini pokok masalah kita sebenarnya bisa jadi bermuara pada kurangnya kita memahami ilmu agama secara benar. Kalau memang sumbernya ada dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah, maka selain kita harus tahu benar isinya dengan cara membaca dan memahami maknanya, lalu sesudah itu segera mengamalkannya.
Pernah ada seseorang datang pada Ibnu Mas'ud ra, sahabat Rasulullah SAW untuk meminta nasehat. Ujarnya, “Wahai Ibnu Mas’ud, berilah nasehat yang dapat menjadikan obat bagi jiwaku yang sedang di landa kecemasan dan kegelisahan. Dalam beberapa hari ini aku merasa tidak tentram. Jiwaku selalu gelisah dan pikiranpun terasa kusut masi. Makan tak enak, tidurpun tak nyeenyak.”
Mendengar itu Ibnu Mas’ud pun kemudian menasehati “kalau penyakit seperti itu menimpamu, maka bawalah hatimu dengan mengunjungi tiga tempat, yaitu ketempat orang yang membaca Al-Qur’an, kau bacalah Al-Qur’an atau dengarkanlah baik-baik yang membacanya, atau pergilah ke majelis pengajian yang mengingatkan hati kepada Allah, atau carilah waktu dan tempat sunyi kemudian berhalawatlah untuk menyembahnya. Miksalnya, malam buta, ketika orang-orang sedang tidur nyenyak, engkau bangun mengerjakan shalat malam, memohon ketentraman jiwa, ketentraman pikiran, dan kemurnian hati kepadanya. Seandainya jiwamu belum terobati dengan cara ini, maka mintalah kepada Allah agar di beri hati yang lain karena hati yang engkau pakai itu bukanlah hatimu.”
Sebenarnya, segala permasalahan yang kini kita hadapi adalah sebuah ujuan kehidupan. Kita harus yakin, bahwa segala kejadian yang menimpa kita adalah mutlak datangnya dari Allah. Barang siapa yang yakin bahwa Allah lah yang akan menolong dan menjaminnya dalam setiap urusan, niscaya Allah pun akan menjaminnya. “Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah lah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar-Ra’d : 28). Semoga bulan Ramadhan kali ini mungkin buat kita mengerti akan pentingnya mengelola hati disaat sedang ditimpa persoalan hidup. Wallahu a’lam [].

Tidak ada komentar:

Posting Komentar