Ada satu kitab yang amat penting tetapi sering kita lupakan, walaupun kitab tersebut masing-masing kita yang sedang menyusunnya dan sedang ditulis oleh dua petugas yang amat mahir lagi terpercaya. Kitab yang penulis maksud adalah kitab amalan kita yang baru akan rampung sesaat sebelum kita meninggalkan dunia fana ini. Kelak ada yang terheran-heran melihat kandungan kitab yang disususnnya itu, karena ia demikian rinci dan teliti sampai-sampai para penyusunnya berkata, sebagaiman dilukiskan Al-Qur’an:
ﻭ ﻴﻘﻭ ﻠﻭ ﻥ ﻴﺎ ﻭ ﻴﻠﺘﻨﺎ ﻤﺎ ﻝ ﻫﺫ ﺍ ﺍ ﻠﮑﺘﺎ ﻻ ﻴﻐﺎ ﺩ ﺭ ﺼﻐﻴﺭ ﻭ ﻻ ﮐﺒﻴﺭ ﺓ ﺇ ﻻ ﺃ ﺤﺼﺎ ﻫﺎ
Maksudnya : Dan mereka berkata : “Aduhai celaka kami, kitab apakah ini yang sangat rinci serta benar isinya dan tidak meninggalkan yang kecil dan tidak pula yang besar dari amal-amal manusia dan dosa-dosanya, melainkan ia menghitung dan mencatat semua-Nya. (QS. Al-kahf [18] : 49).
Di akhirat nanti, setelah kehidupan dunia ini berakhir, walau kehadiran Allah nampak dengan jelas dan gamblang di mana-mana, dan semua yakin tentang kuasa dan keadilan-Nya, namun dia enggan menjauhi hukuman terhadap seseorang sebelum yang bersangkutan melihat sendiri bukti-bukti kebenaran tuduhan yang diajukan kepadanya. Bukti-bukti itu antara lain adalah kitab amal-amal manusia. Allah SWT berfirman :
ﺍ ﻗﺭ ﺃ ﮐﺘﺎ ﺒﻙ ﮐﻔﻰ ﺒﻨﺴﻙ ﺍ ﻠﻴﻭ ﻡ ﻋﻠﻴﻙ ﺤﺴﻴﺎ
“ Bacalah kitabmu ! Dengan kuasa Allah engkau dapat membacanya walau di dunia engkau tak mampu membaca atau buta, cukup dirimu sendiri sekarang ini menjadi penghisab atas dirimu yakni menghitung dan menilai sendiri amal perbuatanmu. Engkau tidak dapat mengingkarinya karena amal-amalmu ‘hadir’ di hadapankamu masing-masing” (baca QS. Al-Isra’ [17] : 14).
Nah ketika itulah baru semua orang menyadari dan mengakui kandungan kitab-Nya. Kitab amalan itu diserahkan ikeh makaikat kepada maising-masing orang. Allah berfirman :
ﻔﺄ ﻤﺎ ﻤﻥ ﺃ ﻭ ﺘﻲ ﮐﺘﺎ ﺒﻪ ﺒﻴﻤﻴﻨﻪ ﻓﻴﻘﻭ ﻝ ﻫﺎ ﺅ ﻡ ﺍ ﻘﺭ ﺀ ﻭ ﺍ ﮐﺘﺎ ﺒﻴﻪ, ﺇ ﻨﻲ ﻅﻨﻨﺕ ﺃ ﻨﻲ ﻤﻼ ﻕ ﺤﺴﺎ ﺒﻴﻪ
Maksudnya : Adapun orang-orang yang diberikan kepadanya kitab amal-Nya dari sebelah kanannya, maka dia berkata kepada siapa yang disekelilingnya dari hamba-hamba Allah yang taat guna mengungkapkan rasa syukurnya bahwa : “Ambillah, kitab amalanku untuk kamu lihat dan bacalah kitabamalan-ku ini! Lihatlah betapa indahnya laporannya! Sesungguhnya aku telah menduga atau yakin ketika dahulu aku hidup di dunia bahwa sesungguhnya aku akan menemui hisab terhadap diriku. Itu sebabnya aku telah mempersiapkan amal-amal untuk menghadapinya.” (QS. Al-haqqah [69] : 19-20).
ﻭ ﺃ ﻤﺎ ﻤﻥ ﺃ ﻭ ﺘﻲ ﮐﺘﺎ ﺒﻪ ﺒﺸﻤﺎ ﻠﻪ ﻓﻴﻘﻭ ﻝ ﻴﺎ ﻠﻴﺘﻨﻲ ﻠﻡ ﺃ ﻭ ﺕ ﮐﺘﺎ ﺒﻴﻪ, ﻭ ﻠﻡ ﺃ ﺩ ﺭ ﻤﺎ ﺤﺴﺎ ﺒﻴﻪ, ﻴﺎ ﻠﻴﺘﻬﺎ ﮐﺎ ﻨﺕ ﺍ ﻠﻘﺎ ﻀﻴﺔ, ﻤﺎ ﺃ ﻏﻨﻰ ﻋﻨﻲ ﻤﺎ ﻠﻴﻪ, ﻫﻠﻙ ﻋﻨﻲ ﺴﻠﻁﺎ ﻨﻴﻪ
Maksudnya : Adapun orang-orang yang diberikan kepadanya kitab amal-Nya dari sebelah kirinya, maka dia berkata dengan penuh penyesalan setelah menyadari kesengsaraan dan siksa yang akan di hadapinya : “Wahai, alangkah baik kiranya tidak di berikan kepadaku kitab amalan-ku ini, dan alangkah baiknya jika aku tidak mengetahui apa hisab terhadap diri-ku. Wahai kiranya dia dia yakni kematian yang telah kualami di dunia itulah yang menjadi pemutus yakni yang menyelesaikan hidupku sehingga aku tidak menghadapi segala sesuatu apalagi siksa ukhrawi ini. Tidaklah berguna bagiku hartaku. Telah hilang binasa kekuasaanku.” (QS. Al-Haqqah [69] : 25-29).
Allah menamai laporan tentang amal-amal manusia sebagai “kitab”. Kitab tersebut boleh jadi merupakan naskah yang dibaca, bisa juga ia adalah himpunan amal-amalan manusia yang dihadirkan di hadapannya. Apapun yang kelak terjadi yang jelas semua manusia menyadari dan mengakui kebenaran kandungan kitab itu. Ketika itu setiap manusia menemukan apa yang telah dikerjakannya, walau sedikit kebaikan pun, karena amalan atau ganjarannya dihadirkan dihadapannya. Ia ingin kiranya kebaikan itu terus-menerus berada disisinya, tidak jauh darinya yang mengerjakan amal-amalan buruk pun demikian. Kejahatan sekecil apapun dihadirkan juga dihadapannya, tetapi ia ingin kiranya antara ia dengan kejahatan itu ada jarak yang jauh.
ﻴﻭ ﻡ ﺘﺠﺩ ﮐﻝ ﻨﻔﺱ ﻤﺎ ﻋﻤﻠﺕ ﻤﻥ ﺨﻴﺭ ﻤﺤﻀﺭ ﺍ ﻭ ﻤﺎ ﻋﻤﻠﺕ ﻤﻥ ﺴﻭ ﺀ ﺘﻭ ﺩ ﻠﻭ ﺃ ﻥ ﺒﻴﻨﻬﺎ ﻭ ﺒﻴﻨﻪ ﺃ ﻤﺩ ﺍ ﺒﻌﻴﺩ ﺍ
“Pada hari ketika tiap-tiap diri mendapati segala kebajikan dihadapkan (di mukanya), begitu (juga) kejahatan yang telah dikerjakannya. Ia ingin kalau kiranya antara ia dengan hari itu ada masa yang jauh, dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri (siksa) Nya. Dan Allah sangat Penyayang kepada hamba-hamba-Nya.” (QS. Ali imran [3] : 30).
Banyak ulama memahami kehadiran kebaikan atau kejahatan dihari kemudian nanti, dalam arti kehadiran ganjarannya. Namun berangkat dari perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang kini mampu merekam suara dan gerak-gerik manusia walau dari jarak yang sangat jauh serta menampilkannya, berangkat dari pengalaman itu, maka tidak tertutup kemungkinan kehadiran amal-amal itu dalam arti yang sebenarnya, bahkan tidak kurang jelasnya dari tayangan dan rekaman yang kita lihat dewasa ini. Demikian, Wa Allah A’lam. []
Tidak ada komentar:
Posting Komentar