Sabtu, 13 Agustus 2011

Bagaimanakah Caranya Telinga Berpauasa?

Allah SWT berfirman,

“Sungguh pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungjawabnya.” (QS. Al-Isra’ : 36)
          Telinga akan dimintai pertanggungjawabnya di hadapan Allah akan apa yang telah didengarnya. Orang-orang yang saleh adalah mereka yang mendengarkan perkataan dan mengikuti perkataan yang baik saja. Sungguh akan menyesal orang yang memalingkan pendengarannya dari petunjuk Allah dan mengunci rapat-rapat telinga dari suara kebenaran.
          Telinga harus berpuasa dari mendengarr kata-kata kotor, nyanyian, hal-hal yang keji, dan hina. Orang-orang yang selalu melakukan kebajikan akan mempuasakan pendengarannya dari hal-hal yang dapat dimurkai oleh Allah, baik di bulan Ramadhan ataupun bulan-bulan lainnya.
          Banyak sekali manusia yang tidak memanfaatkan dengan baik anugerah yang telah diberikan oleh Allah berupa anggota-anggota tubuh.
“Sungguh kami jadikan untuk isi neraka Jahannam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakan untuk memahami ayat-ayat Allah dan mereka mempunyai mata tetapi tidak dipergunakannya untuk melihat tanda-tanda kekuasaan Allah, dan mereka mempunyai telinga tetapi tidak dipergunakannya untuk mendengar ayat-ayat Allah. Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.” (QS. Al-A’raf : 179)
          Mereka memang memiliki telinga, akan tetapi tidak dipergunakan untuk mendengar nasihat, mendengar pelajaran dan pemahaman agama. Banyak manusia yang memiliki pendengaran yang tidak berbeda dengan pendengaran yang tidak berbeda dengan pendengaran yang dimiliki hewan, tidak pernah digunakan untuk mengingat Allah dan mengambil pelajaran yang baik. Pendengaran itu ternyata digunakan untuk mendengarkan sesuatu yang tidak bermanfaat dan berfaidah.
“Atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami. Mereka itu tidak lain hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya dari binatang ternak itu.” (QS. Al-Furqan : 44)
          Di antara manusia ada yang pendengarannya diisi dengan berbagai nyanyian yang diharamkan dan kalimat-kalimat yang buruk. Mereka malah menutup kedua telinganya dari bacaan ayat al-Qur’an dan hadis-hadis Rasulullah.
          Mendengarkan lantunan ayat al-Qur’an dapat membuahkan keimanan, petunjuk, cahaya ilahi, dan kemenangan.
          Mendengarkan lantunan ayat al-Qur’an akan membuat hati terisi dengan hikmah, ketentraman, rasa kasih sayang, dan ketenangan.
          Mendengarkan lantunan ayat al-Qur’an dapat menjaga diri dari perbuatan menyimpang, godaan yang membahayakan, dan marabahaya yang tidak diinginkan.
          Makanan pokok bagi telinga adalah zikir, ilmu yang bermanfaat, nasehat yang baik, tata krama dan etika, serta pelajaran ilmu pengetahuan dan ucapan-ucapan yang baik.
          Wahai telinga, jangan pernah mendengar selain cahaya petunjuk! Sungguh, mendenagar kebrukan akan menghasilkan keburukan pula.
          Abu Hatim meriwayatkan dengan sanad yang baik, bahwasanya Rasulullah pernah melewati seorang ibu yang sudah tua renta di kota Madinah. Dia mendengar Ibu itu tengah membaca ayat al-Qur’an di balik pintu rumahnya. Ibu itu membaca surah Al-Ghasyiyah ayat 1. Ibu itu membaca ayat ini berulang-ulang seraya meneteskan air mata. Rasulullah mendengarkan suara lantunan ayat dari Ibu itu dan dia menjawab ayat itu, “Ya, sudah datang kepadaku berita tentang hari pembalasan itu. Ya, sudah datang kepadaku berita tentang hari pembalasan itu.”48
          Allah memuji suatu kaum yang mendengar kebaikan dan meyimaknya dengan baik. Allah berfirman, “Dan apabila mereka mendengarkan apa yang diturunkan kepada Rasul, kamu lihat mata mereka mencucurkan air mata disebabkan kebenaran al-Qur’an.” (QS. Al-maidah : 83)
          Mereka itulah orang yang dapat mengambil faidah yang agung, dan mendengarkan sesuatu dengan sebaik-baiknya.
          Telinga orang-orang yang berpuasa akan mendengarkan yang baik-baik saja. Sedangkan telinga orang-orang yang lalai hanya akan mendengarkan kebatilan yang menyesatkan saja.
Janganlah mendengar kecuali ucapan yang benar
Itu akan menajuhkanmu dari ucapan yang buruk
Telinga adalah jendela ilmu dan kebaikan
Telinga zikir akan dapat memperoleh kebaikan setelahnya
          Jika telinga seorang muslim dibiarkan begitu saja mendengarkan kalimat-kalimat yang buruk dan menyesatkan, maka dengan demikian ia telah menghancurkan pondasi bangunan bangunan hati, membinasakan keinginan untuk berbuat baik, dan merusak akal pikiran.
          Perhatikanlah dua golongan, dua kelompok, dan dua bagian dari manusia yang dijelaskan oleh Allah dalam firman-Nya,
“Dan apabila diturunkan suatu surah, maka di antara mereka ada yang berkata, ‘Siapa di antara kamu yang bertambah imannya dengan turunnya surah ini?’ Adapun orang yang beriman, maka surat ini menambah imannya, sedangkan mereka merasa gembira. Dan adapun orang yang di dalam hati mereka ada penyakit, maka dengan surat itu bertambah kekafiran mereka, di samping kekafirannya yang telah ada dan mereka mati dalam keadaan kafir. (QS. At-Taubah : 124-125)
          Mendengar kebenaran akan dapat menambah hati menjadi teguh terhadap kebenaran. Sedangkan mendengarkan kebatilan akan dapat mewariskan pengaruh kebatilan di dalam hati.
          Sudah menjadi kewajiban seorang muslim untuk senantiasa memuji Allah atas kenikmatan berupa pendengaran ini. Dia harus memanfaatkan pendengaran ini untuk mencari keridhaan dari Allah. Hendaknya ia selalu terus mendengarkan lantunan ayat-ayat Allah, pelajaran ilmu pengetahuan, ceramah-ceramah yang bermanfaat, dan hikmah.
          Seorang muslim harus menyelamatkan dirinya dari mendengarkan perbuatan buruk, kebatilan, dan segala hal yang dapat menutupi dirinya dari jalan Allah. Allah menjelaskan tentang ibadah orang-orang yang saleh dalam firman-Nya,
“Dan apabila mereka bertemu dengan orang yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah, mereka lalui saja dengan menjaga kehormatan dirinya.” (QS. Al-Furqan : 72)
“Dan apabila mereka mendengar perkataan yang tidak bermanfaat, mereka berpaling daripadanya dan mereka berkata. “Bagi kami amal-amal kami dan bagimu amal-amalmu, kesejahteraan atas dirimu, kami tidak ingin bergaul dengan orang-orang jahil.” (QS. Al-Qashash : 55)
          Semoga Allah menjadikan orang yang mau mendengarkan ucapan yang baik dan mengikuti ucapan yang paling baik. []

Tidak ada komentar:

Posting Komentar