Sabtu, 13 Agustus 2011

Bacaan, bacaan

KALIMAT pertama dalam wahyu berbunyi,
ﺍ ﻘﺭ ﺃ ﺒﺎ ﺴﻡ ﺭ ﺒﻙ ﺍ ﻠﺫ ﻯ ﺨﻠﻕ ﴿۱﴾ [ﺍ ﻠﻌﻠﻕ : ۱]
“Bacalah, demi nama Tuhanmu yang menciptakanmu.”
(Al-Alaq).
Sebaik-baik teman duduk bagi manusia adalah buku. Dia adalah sebuah kelezatan terbesar yang membuka cakrawala akal manusia. Barangsiapa menjadikan tinta sebagai pelayannya, maka dia akan membawanya ke mimbar-mimbar. Barangsiapa yang senang berteman dengan kertas-kertas dia akan mencapai kemuliaan. Tidaklah sekali-kali seseorang melihat dan membaca sebuah buku, kecuali pasti dia akan mendapatkan faedah. “Rampasan” perang yang sangat menguntungkan bisa di petik dari hikmah yang ada dalam buku-buku. Tulislah huruf-huruf ilmu itu di lempengan hatimu, tulislah baris-barisnya yang berfaedah di lembaran ruhmu. Bercelaklah dengan kalimat-kalimat ilmu agar kau melihat kerajaan-kerajaan langit dan bumi. Saat kau sedang menyendiri bersama buku, maka akan terlipat kecil zaman-zaman untukmu, dan masa-masa akan melongokmu. Akan ada panggilan pelajaran penuh hikmah buatmu, nasehat-nasehat akan mengalir deras buatmu, akan kau reguk pengalaman-pengalaman dan kau dikejutkan dengan keajaiban-keajaiban. Peraslah mutiara ilmu dari payudara buku-buku, karena sesungguhnya dalam buku-buku itu terdapat kerajaan pemikiran-pemikiran. Para pemilik buku dengan buku-bukunya jauh lebih kaya dari pada Qarun dengan harta-hartanya, lebih mulia dari pada Nu’man sang pemimpin batalyon,  lebih baik dari Baramikah, orang yang menemani buku-buku jauh lebih baik hidupnya dari teman-teman gelas. Madrasah-madrasah yang mempelajari hadist jauh lebih mulia dan agung dari tempat-tempat yang mempelajari senandung-senandung lagu. Teman buku-buku akan melindungimu dari kesesatan arah para raja. Menjagamu dari kekejian para penguasa keji, akan melindungimu dari kebengisan orang-orang yang zalim, akan menjagamu dari celaan para pendengki, kekerdilan pada pencela pandangan orang-orang yang sinis, ecehan orang-orang kikir kekotoran orang-orang idiot, serangan orang-orang jago ghibah, dan kekerdilan orang-orang bodoh. Perbanyaklah berakrab-akrab dengan buku, selalulah membolak-balik buku, teruslah bersabar dengan karya-karya brilian, sebab apalah artinya zaman tanpa membaca dan menelaah
“Apa gunanya umur tanpa membaca
Apakah manisnya hidup tanpa buku.”
Negeri-negeri telah pergi, raja telah terlupakan, pasar-pasar telah sepi, rumah-rumah telah diratakan dengan tanah, istana-istana telah ambruk, taman-taman telah kering kerontang, harta-harta telah fana, manusia-manusia telah meninggal. Namun hikmah-hikmah senantiasa lestari dalam buku ilmu pengetahuan ada di dalam ketras-kertas, ilmu ada dalam karya-karya. Warisan ilmu tetap eksis,
“Semula tempat adalah pelana kuda yang berlari kencang dan semulia-semulia teman-teman duduk bagi manusia adalah buku.”
Dalam sebuah hadits di sebutkan.
ﺇ ﻥ ﺍ ﻷ ﻨﺒﻴﺎ ﺀ ﻠﻡ ﻴﻭ ﺭ ﺜﻭ ﺍ ﺩ ﺭ ﻫﻤﺎ ﻭ ﻻ ﺩ ﻴﻨﺎ ﺭ ﺍ ﺇ ﻨﻤﺎ ﻭ ﺭ ﺜﻭ ﺍ ﺍ ﻠﻌﻠﻡ ﻔﻤﻥ ﺃ ﺨﺫ ﺒﻪ ﺃ ﺨﺫ ﺒﺤﻅ.
“Sesungguhnya para nabi tidak mewriskan dirham tidak pula dinar, mereka mewariskan ilmu. Maka barangsiapa yang mengambilnya dia telah mengambil bagian yang besar..[1]



[1] HR. Abu Dawud : 3641 ; At-Tirmidzi : 2682 ; Ibnu Majah : 223, Ad-Darimi : 342. Lihat juga Misykat : 212.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar